This site uses cookie, to continue browsing this site means you agree to our cookie policy Find out more here. Use Latest Chrome version for the best experience.
Sejumlah tragedi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan truk jadi pemberitaan yang menghebohkan sejak beberapa waktu terakhir.
Ada banyak pertanyaan muncul tentang mengapa truk sering mengalami rem blong? Salah satu penyebabnya ternyata akibat kelebihan muatan sehingga sistem pengereman truk tidak mampu berfungsi secara maksimal.
Truk dengan muatan berlebih itu biasa disebut sebagai truk ODOL (Over Dimension Overloading). Kata ODOL merujuk pada kendaraan yang dimensinya tidak sesuai dengan standar pabrikan truk dan mengangkut muatan melebihi batas beban yang ditetapkan.
Truk ODOL masih banyak dijumpai di Indonesia karena perusahaan angkutan memiliki kepentingan bisnis untuk menekan biaya antar agar lebih murah. Sehingga mengeksploitasi kapasitas angkut truk, namun abai dengan aspek keamanannya.
Baca juga: Tips Memaksimalkan Muatan Truk saat Kirim Barang
Sebenarnya apa saja risiko bahaya dari truk ODOL? Lalu, apa upaya yang dilakukan Pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut?
Saat truk masuk kategori ODOL, maka truk tersebut punya resiko tingkat tinggi. Truk ODOL yang berkeliaran di jalan berpotensi menyebabkan kerusakan komponen, infrastruktur hingga kecelakaan lalu lintas.
Kerusakan komponen membuat durabilitas truk untuk dikemudikan secara aman jadi menurun secara drastis. Akibatnya, truk rentan mengalami rem blong karena sistem pengereman tidak mampu menahan beban berlebih.
Selain itu, muatan berlebih juga seringkali membuat truk lebih mudah terguling karena titik gravitasi yang lebih tinggi. Apalagi saat melintasi tikungan, tanjakan hingga jalanan curam.
Kerusakan yang disebabkan truk ODOL juga berdampak pada infrastruktur. Mengutip dari liputan6.com, Pemerintah harus menggelontorkan dana Rp 43,45 triliun per tahun untuk biaya perbaikan jalan dan jembatan.
Jalan yang seharusnya mampu bertahan 10-15 tahun, berpotensi rusak hanya dalam kurun 3-5 tahun karena terus-menerus dilalui truk ODOL. Serta, kemacetan panjang yang sering terjadi karena laju truk lambat, terutama di jalan menanjak atau menikung.
Baca juga: Mengenal Last Mile Delivery dan Tantangannya
Tapi tentu saja kerugian terbesar yang sering terjadi adalah kecelakaan. Bukan cuma kerugian material, tapi juga kehilangan nyawa.
Mengutip pemberitaan medcom.iddiketahui kalau truk ODOL sering jadi pemicu kecelakaan di jalan tol. Tercatat pada 2022, ada 1.464 kecelakaan yang mengakibatkan 688 orang meninggal. Angka itu bahkan meningkat pada 2023 dengan 1.656 kecelakaan dengan 704 orang meninggal.
Sebagai upaya meminimalisir risiko dan bahaya dari truk ODOL, Pemerintah bakal mewujudkan kebijakan Zero ODOL. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah meluncurkan roadmap implementasi Zero ODOL sejak tahun 2017, dengan melibatkan Kementerian PUPR, Kementerian Perindustrian, Kepolisian, serta asosiasi pengusaha seperti APINDO dan APTRINDO.
Untuk implementasinya, Pemerintah mengembangkan sejumlah sistem pengawasan berbasis teknologi. Diantaranya penerapan Tanda Bukti Lulus Uji elektronik (BLUe) untuk memperketat pengawasan KIR yang wajib dilakukan 6 bulan sekali.
Sistem itu terintegrasi dengan Unit Pelaksana Uji Berkala Kendaraan Bermotor (UPUBKB) untuk memastikan kepatuhan pemilik angkutan barang terhadap standar keselamatan.
Selain itu, teknologi lain yang digunakan adalah Weight in Motion (WIM) di sejumlah ruas jalan tol strategis untuk mendeteksi truk ODOL yang terhubung langsung dengan kamera ETLE.
Baca juga: 10 Tren Logistik Tahun 2025
Nggak main-main, Pemerintah juga menetapkan berbagai sanksi tegas bagi pelanggar ketentuan truk ODOL tersebut. Mulai dari tilang elektronik, transfer muatan, hingga larangan melanjutkan perjalanan.
Untuk pelanggaran dimensi kendaraan, pemerintah juga bakal melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan karoseri yang melakukan modifikasi ilegal.
Itulah penjelasan tentang risiko truk ODOL dan upaya Pemerintah menekan potensinya melalui implementasi Zero ODOL. Sebab, mengoptimalkan muatan truk bukan hanya tentang mengisi ruang, tapi juga menjaga keamanan dan keselamatan.
Untuk memastikan pengiriman barang yang aman, kamu perlu mitra logistik yang punya layanan trucking berkualitas. Perusahaan logistik profesional yang bisa jadi pilihan adalah SELOG, salah satu lini bisnis dari PT Serasi Autoraya (SERA) yang juga bagian dari Grup Astra.
Dengan pengalaman lebih dari 20 tahun, SELOG hadir menawarkan berbagai kebutuhan jasa logistik yang komprehensif dan end to end. Mulai dari Trucking, Shipping Services, Freight Forwarding, Warehousing, serta Project Cargo.
Layanan trucking SELOG terbagi dalam tiga jenis, yakni Last Mile, Long Haul dan Less Than Truckload (LTL) yang bisa mengakomodir pengiriman hingga ke lokasi-lokasi yang sulit dijangkau dengan armada yang beragam, mulai dari Blind Van hingga Truk CDE.
Baca juga: Hal yang Sering Jadi Kendala Dalam Pengiriman Barang
Selain itu, Layanan SELOG didukung penggunaan teknologi digital terkini yang tidak hanya memudahkan, tetapi juga efektif dan efisien bagi bisnis, salah satunya dengan teknologi Astra Fleet Management Solution (AstraFMS) dan Warehouse Management System (WMS).
Kedua teknologi itu memudahkan pelaku bisnis memantau kendaraan pengiriman secara real-time untuk memastikan keamanan kendaraan dan pengemudi. Serta mengoptimalkan proses penerimaan barang, penyimpanan, manajemen stok, pengambilan, pengemasan, dan pengiriman barang.
Informasi lebih lanjut tentang profil dan layanan SELOG, kamu bisa mengunjungi website resmi SELOG www.selog.astra.co.id serta media sosial di instagram @selog_astra dan Linkedin SELOG.