This site uses cookie, to continue browsing this site means you agree to our cookie policy Find out more here. Use Latest Chrome version for the best experience.
Sektor logistik di tahun 2020 ini diharapkan akan terus berkembang khususnya yang mencakup transportasi dan pergudangan. Menurut prediksi dari Supply Chain Indonesia (SCI) pertumbuhan sektor ini mencapai 9,18 persen dengan nilai Rp 971 triliun. Di mana subsektor transportasi akan tumbuh sebesar 8,97 persen (Rp 806,8 triliun) dan subsektor pergudangan tumbuh sebesar 9.8 persen (Rp 161,9 triliun).
Angka ini sedikit mengalami penurunan dari pertumbuhan di 2019 yang mencapai 11,56 persen atau sebesar Rp 889,4 triliun. Hal ini disampaikan oleh Setijadi, Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) dalam keterangan resminya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi lapangan usaha sektor logistik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II/ 2019 adalah sebesar Rp 220,6 triliun atau 5,57 persen dari PDB yang bernilai Rp 3.963,5 triliun.
Perkembangan sektor logistik di Indonesia dipengaruhi berbagai faktor, yaitu jumlah penduduk yang besar (sekitar 267 juta jiwa), tingkat pertumbuhan ekonomi (sekitar 5,3 persen), wilayah yang luas sekitar 1,9 juta km2, bentuk geografis kepulauan dengan 17.504 pulau, serta keragaman komoditas dan budaya.
Bisnis E-commerce
Perkembangan e-commerce menjadi faktor pendorong pertumbuhan logistik Indonesia. “Pengaruh signifikannya dapat dilihat dari pertumbuhan volume transportasi udara sebagai moda yang paling banyak digunakan untuk e-commerce”, jelas Setijadi.
Harbolnas telah mengerek tinggi bisnis jasa pengiriman. Maraknya pemain baru di bisnis pengiriman ini juga menjadi alasan berkembangnya pertumbuhan di sektor logistik ini. Indonesia menjadi pasar terbesar di Asia Tenggara bagi para pemain dagang dalam jaringan atau e-commerce.
Penduduk negeri ini berjumlah 269 juta jiwa. Mereka yang memiliki smartphone tercatat 70 juta orang lebih. Alhasil bisnis e-commerce di tanah air mengalami perkembangan sangat pesat. Masyarakat lebih suka belanja secara online ketimbang offline. Hal ini membuat transaksi di bisnis online menjadi besar.
Kontribusi transportasi udara terhadap PDB meningkat dari 35,90 persen pada 2017 menjadi 36,10 persen pada 2018. SCI memprediksi kontribusi itu pada 2019 akan mencapai 38,12 persen, dan pada tahun 2020 mencapai 39,25 persen, dengan nilai sebesar Rp 316,7 triliun.
Tantangan Logistik 2020
Tantangan sektor logistik Indonesia termasuk pada tahun 2020 antara lain kebutuhan penanganan terhadap barang kebutuhan pokok yang sebagian besar komoditasnya bersifat perishable, musiman, dan rantai distribusi yang panjang. Selain itu, tantangan lainnya adalah ketersebaran produksi dan skala ekonomi, serta kontinuitas, kualitas, dan ketertelusuran yang kurang terjamin.
Tantangan lainnya adalah pemahaman para pelaku terhadap Supply Chain Manager (SCM), integrasi para pelaku usaha dan pihak terkait, infrastruktur belum memadai, serta data dan sistem informasi logistik yang belum terintegrasi.
Selain itu, sektor logistik Indonesia belum mempunyai atau menerapkan standardisasi, baik untuk transportasi dan dan pergudangan. Standardisasi mencakup dalam hal proses, teknologi, dan personil.
Di sisi lain, menurutnya, sumber daya manusia (SDM) mumpuni pun menjadi salah satu tantangan pada tahun-tahun mendatang. Pasalnya, perusahaan yang mempunyai personil bersertifikasi Supply Chain Manager (Kepmenaker No. 94/2019), misalnya, masih sangat sedikit, yaitu baru sekitar 100 orang. Selain diperlukan untuk efisiensi logistik, standardisasi tersebut juga menjadi syarat penerapan digitalisasi dalam proses-proses logistic.
Dari sisi infrastruktur, tantangan yang dihadapi berkaitan dengan upaya peningkatan konektivitas nasional karena tuntutan terhadap infrastruktur tidak hanya mengenai kualitas, melainkan juga mengenai kapasitas dan konektivitas.