This site uses cookie, to continue browsing this site means you agree to our cookie policy Find out more here. Use Latest Chrome version for the best experience.
Kabar memburuknya kualitas udara di sejumlah kota besar dunia, termasuk Jakarta, sejak beberapa pekan lalu hingga kini masih terus menggema. Unsur partikel penyebab polusi atau polutan yang beterbangan di udara pun memiliki kesamaan antara satu kota dengan kota lainnya.
Meski persentase kepekatan di masing-masing kota berbeda, namun dampak buruk yang dihasilkan tetap sama. Polutan itu memberi dampak sangat buruk bagi kesehatan.
Beberapa polutan yang biasanya menyebar, yakni logam berat, karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), ozon (O3), senyawa organik volatil (VOC), dan sulfur dioksida (SO2). Dampak pencemaran udara dari asap itu bisa memicu terjadinya gangguan pernapasan, seperti asma, ISPA, dan kanker paru-paru.?
Selain itu, papar polutan udara juga bisa memicu penyakit kardiovaskular. Ini bisa terjadi karena karbon monoksida (CO) yang sangat banyak menyebabkan kadar protein inflamasi dan jumlah kekentalan darah bertambah, sehingga memicu radang pembuluh darah.
Bahkan, bagi ibu hamil, polusi udara juga sangat membahayakan diri dan janinnya. Peradangan di seluruh tubuh ibu yang tengah mengandung memicu kelahiran prematur, mengakibatkan keguguran, menjadikan anak yang lahir mengidap asma, hingga autisme.
Baca juga : Dampak Positif Kereta Cepat Jakarta Bandung Yang Segera Beroperasi
Data Organisasi Kesehatan Dunia PBB atau WHO memperlihatkan sekitar 6,7 juta kematian prematur terjadi setiap tahunnya. Semua disebabkan karena polusi udara.
Tetapi, polusi udara tidak hanya berdampak buruk ke kesehatan manusia, melainkan juga lingkungan sekitar. Akibat polusi udara, maka suhu dunia meningkat dan memicu cairnya es di wilayah beriklim dingin.
Sehingga banyak wilayah daratan yang merupakan tempat tinggal spesies tumbuhan dan hewan, hilang karena terendam banjir.
Beberapa waktu lalu, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan polutan Pm 2,5 dengan ukuran 2,5 mikrometer, menjadi salah satu penyebab terbesar penyakit yang harus ditanggung Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Negara pun harus mengeluarkan anggaran senilai Rp10 triliun untuk JKN tersebut.
Sementara hasil riset Greenpeace Asia pada 2020 dan IQAir pada 2023 menyatakan polusi udara di Jabodetabek diperkirakan membawa kerugian Rp20-30 triliun. Kerugian itu terjadi karena penyakit yang diderita masyarakat maupun perbaikan lingkungan.
Baca juga : Langkah Pemerintah Benahi Transportasi Dan Logistik Pulau Jawa
Oleh karena itu berbagai kalangan merekomendasikan agar pemerintah segera melakukan tindakan cepat pencegahan polusi udara itu. Caranya dengan melakukan pembenahan dan tindakan terhadap sumber penghasil polutan.
Hasil kajian berbagai lembaga, termasuk yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) maupun para pakar Institut Teknologi Bandung, menyebutkan kalau sektor transportasi menjadi penyumbang polusi udara terbesar, yakni 44 persen.
Lalu disusul industri energi alias pembangkit listrik 31 persen, perumahan 14 persen, industri manufaktur 10 persen, serta sektor komersial 1 persen.
Sektor transportasi diketahui menyumbang polutan karbon monoksida hingga 96,36 persen atau 28.317 ton per tahun. Lalu pembangkit listrik 1,76 persen atau 5.252 ton per tahun, dan industri manufaktur 1,25 persen atau 3.738 ton per tahun.
Baca juga : Shuttle Bus Karyawan, Solusi Kurangi Polusi Udara
Data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta menunjukkan, hingga akhir Juni 2023 sebanyak 23,03 juta unit. Dari jumlah tersebut 18,33 juta unit atau 79,6 persen diantaranya merupakan sepeda motor. Kemudian mobil pribadi 3,8 juta unit, mobil beban (truk) dan kendaraan khusus sebanyak 796.207 unit dan 60.153 unit.
Jumlah tersebut bertambah banyak, jika menghitung kendaraan bermotor dari wilayah sekitar Jakarta yang saban hari lalu-lalang di kota itu. Oleh karena itu, mengarahkan agar masyarakat menggunakan angkutan umum atau shuttle bus adalah salah satu solusi yang tepat.
Namun, bus yang dipilih sebagai moda angkutan shuttle bus tersebut, haruslah bus yang benar-benar dalam kondisi prima. Selain tingkat emisi yang dihasilkan tidak melebihi ambang batas yang telah ditetapkan, armada tersebut juga harus nyaman, aman, dan bersih, sehingga menarik minat orang untuk menggunakannya.
Bicara soal tempat sewa bus yang memiliki kriteria prima itu, TRAC merupakan jawabannya. Perusahaan penyewaan kendaraan yang merupakan lini bisnis PT Serasi Autoraya yang notabene bagian dari grup Astra ini, menawarkan berbagai tipe bus yang bisa digunakan sebagai shuttle bus karyawan. Mulai dari small bus, medium bus, hingga big bus.
Seluruh armada bus TRAC selalu mendapat perawatan secara rutin sehingga keamanan dan kenyamanan selalu dalam kondisi prima. Unit armada TRAC juga selalu dalam kondisi telah lulus uji emisi.